Kabupaten Ketapang merupakan kabupaten terluas di Kalimantan Barat, dengan luas wilayah 35.809 km² (± 3.580.900 ha) yang terdiri dari 33.209 km² wilayah daratan dan 2.600 km² wilayah perairan (sebelum pemekaran Kabupaten Kayong Utara). Setelah pemekaran Kabupaten Kayong Utara, maka wilayah Kabupaten Ketapang secara keseluruhan menjadi 31.588 km2 dengan luas daratan 30.099 km2 dan luas perairan 1.489 km2.
Minggu, 27 September 2015
Rumah Melayu
Rumah melayu Ketapang ini Adalah salah satu padepokan seni dan budaya orang melayu Ketapang
Lokasi :
Letaknya tak jauh dari Kota Ketapang, kira kira 2 km dari pusat kota Ketapang, tepatnnya di kelurahan Mulia Baru Kec. Delta Pawan.
Daya Tarik :
Pemandangan indah dari ciri khas rumah Melayu yang terbuat dari kayu Objek ini berhadapan Langsung dengan sungai Pawan
Aksesibilitas :
Objek wisata Rumah Adat Melayu ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda 4 ataupun roda 2 sekitar 5 menit perjalanan.
Faslitas :
Halaman luas, Tempat parkir kendaraan juga luas, Kondisi jalan mulus dan terdapat dermaga kecil untuk duduk duduk santai di pinggiran sungai sambil Memancing.
Keraton Kerajaan Matan
Keraton adalah istana penguasa atau daerah tempat seorang penguasa (raja atau ratu) memerintah.
Lokasi :
Terletak desa Mulia Kerta Kec. Benua Kayong Ketapang, kurang lebih 4 km dari pusat kota.
Daya Tarik :
Di Keraton kita dapat menjumpai peninggalan G.M Saunan yang sudah berumur ratusan tahun dan mempunyai legenda cerita asal muasal yang beragam, yang paling terkenal adalah meriam Padam Pelita yang konon katanya dibuat oleh mahluk halus. Selain itu terdapat juga peninggalan kain-kain kuno koleksi keluarga keraton seperti kain pelangi yang umurnya 40 sampai 300 tahun dan banyak lagi peninggalan-peninggalan bersejarah lainnya.
Aksesibilitas :
Objek wisata ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan roda 4 sekitar 10 menit perjalanan, Kondisi jalan menuju lokasi mulus.
Fasilitas :
Terdapat Taman G.M Saunan yang Asri, warung-warung kecil (sederhana), terdapat pendopo atau pondok santai dan Pemandu adalah juru Kunci Keraton.
Rabu, 26 Agustus 2015
Ketapang Berpartisipasi Dalam Event Karnaval dan Pawai Budaya di Pontianak
Kabupaten Ketapang turut berpartisipasi dalam Karnaval Khatulistiwa di Pontianak, Kalimantan Barat, pada Sabtu 22 Agustus 2015. Kabupaten Ketapang dalam kegiatan ini mengirim sejumlah 30 peserta yang terdiri dari peserta karnaval Darat dan Peserta Karnaval Air, ujar Ketua Koordinator Karnaval dari Kabupaten Ketapang Uti Muhammad Basir, SE kepada media Tanjungpura Post.
Karnaval Khatulistiwa ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 Kemerdekaan Republik Indonesia, Karnaval dan Pawai Budaya ini di ikuti 24 provinsi se-Indonesia dengan ribuan peserta yang terdiri dari peserta karnaval darat dan peserta karnaval air.
Kabupaten Ketapang dalam kegiatan Karnaval Darat “Mobil Hias” mengambil tema Motif Keraton GM. Saunan Kerajaan Matan dan Lancang Kuning Motif Tema untuk Karnaval Air “Kapal Hias”.Dalam Kegiatan Karnaval Khatulistiwa di Pontianak ini, Kabupaten Ketapang terdiri dari Ujang Ayu Ketapang utusan Sanggar Kepak Kreasi Khatulistiwa dan Kelompok Penggendang Tar dari Kelompok Arus Pawan Ketapang, ujarnya.
Sabtu, 15 Agustus 2015
Pelatihan Snorkling “ Rekreasi Air “ Disbudparpora Ketapang
Snorkeling adalah kegiatan rekreasi air yang populer, terutama di resor pantai tropis dan lokasi selam scuba yang dangkal. Penyelam bisa mengamati beraneka ragam flora dan fauna bawah laut, seperti: terumbu karang, ikan, kerang, bintang laut, rumput laut, ubur-ubur, udang, dan penyu. Selain itu, snorkeling juga dilakukan orang di danau air tawar atau sungai dan Kolam renang.
Disbudparpora Ketapang bekerjasama dengan #jelajahketapang dan #WeBeAdventure Club Ketapang dan BKSDA Ketapang Kamis 13 Agustus 2015 melaksanakan pelatihan Snorkling di kolam renang Pawan Ria Ketapang, yang di ikuti oleh Putri Pariwisata, Pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum.
Hervanudin Ketua Webe Diving Club Ketapang menuturkan Kondisi air kolam yang jernih membuat kegiatan pelatihan snorkling kali ini semakin seru, adapun sesi latihan kali ini menurut Evan sapaan akrabnya banyak hasilnya misalnyanya saja simulasi penempatan jangkar tambat untuk berpegangan saat berfoto di dasar kolam sukses dilakoni teman-teman yang baru pertama kali mencoba bersnokerling di bawah permukaan air.
Selanjutnya Setra Kusumardhana dari Jelajah Ketapang berharap semoga latihan kali ini bermanfaat dan menjadi bekal bagi teman-teman peserta untuk berwisata laut yang aman dan nyaman sesuai etika ekowisata laut yang baik, tuturnya.
FESTIVAL KAPAL NELAYAN HIAS TRADISIONAL TAHUN 2016
Pelaksanaan Kegiatan Festival Kapal Nelayan Hias Tradisional Tahun 2016 RENCANANYA akan di pusatkan di Kecamatan Kendawangan tepatnya di Pelabuhan Besar “Banjar Sari” Kendawangan.
Secara geografis Kabupaten Ketapang berada di bagian selatan Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Ketapang merupakan kabupaten terluas di Kalimantan Barat, dengan luas wilayah 35.809 km² (± 3.580.900 ha) yang terdiri dari 33.209 km² wilayah daratan dan 2.600 km² wilayah perairan (sebelum pemekaran Kabupaten Kayong Utara). Setelah pemekaran Kabupaten Kayong Utara, maka wilayah Kabupaten Ketapang secara keseluruhan menjadi 31.588 km2 dengan luas daratan 30.099 km2 dan luas perairan 1.489 km2.
Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Ketapang, sebuah kota yang terletak di tepi Sungai Pawan, Kabupaten Ketapang memiliki pantai yang memanjang dari selatan ke utara dan sebagian pantai yang merupakan muara sungai, berupa rawa-rawa terbentang mulai dari Kecamatan Matan Hilir Utara, Matan Hilir Selatan dan Kendawangan.
Kabupaten Ketapang memiliki banyak obyek wisata yang cukup menarik dan potensial, seperti Ecotourisme, wisata Sejarah, Wisata Seni Budaya dan wisata Bahari, .
Potensi Alam dan eksotika Kabupaten Ketapang merupakan originalitas objek wisata yang dapat menjamin SUSTAINABILITY kegiatan pariwisata kedepan sejalan dengan pergeseran selera tourist saat ini yaitu kembali ke alam (BACK TO NATURE).
Sebagai Anugerah Tuhan YME, Potensi berupa Flora dan Fauna, Hutan, Budaya, Sejarah, Laut dan Pesisir Pantai serta Pulau - pulau kecil harus selalu tetap terjaga kelestariaannya, sehingga Kabupaten Ketapang menjadi sangat menarik untuk di kunjungi wisatawan baik wisatawan domestic maupun manca Negara.
Wisata Bahari adalah jenis pariwisata alternatif yang berkaitan dengan kelautan, baik di atas permukaan laut maupun kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan laut.
Pengembangan kawasan wisata bahari adalah satu bentuk pengelolaan kawasan wisata yang berupaya untuk memberikan manfaat terutama bagi upaya perlindungan dan pelestarian serta pemanfaatan potensi dan jasa lingkungan sumber daya kelautan. Di lain pihak masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara langsung pada usaha pariwisata melalui terbukanya kesempatan kerja dan usaha yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah.
Mengembangkan dan meningkatkan upaya memanfaatkan lingkungan alam pada umumnya dan lingkungan bahari pada khususnya sebagai sumber daya sosial dan ekonomi yang pengelolaannya tetap harus berwawasan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, disamping itu kita juga harus bisa memberikan gambaran mengenai pengelolaan wisata bahari secara tepat dan profesional, sehingga akan mampu mengembangkan adanya tuntutan konservasi dan menjaga kelestarian alam dengan mengikutsertakan peran serta masyarakat setempat guna membantu kesejahteraan masyarakat.
Kita mempunyai banyak potensi wisata bahari kepulauan salah satu diantaranya adalah di kecamatan Kendawangan yang merupakan salah satu potensi wisata bahari eksotis yang ada dikabupaten Ketapang,
Pesona keindahan objek wisata yang ada tidak akan berarti apa-apa, jika tidak ada yang mempromosikan dan memasarkannya. Pesona objek wisata tersebut juga hanya akan menjadi pemandangan biasa, tanpa adanya event – event yang menarik dari pengelola mengenai pesona objek tersebut kepada wisatawan.
Menyadari akan hal tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Ketapang melalui Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Ketapang dengan didukung oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jakarta akan merencanakan penyelenggaraan Festival Kapal Nelayan Hias Tradisional.
Adapun Rencana Pelaksanaan Kegiatan Festival Kapal Nelayan Hias Tradisional Tahun 2016 akan di pusatkan di Kecamatan Kendawangan tepatnya di Pelabuhan Besar “Banjar Sari” Kendawangan.
GAMBARAN UMUM KENDAWANGAN SEBAGAI LOKASI KEGIATAN
- Kendawangan adalah salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Ketapang, dengan jarak tempuh ± 90 KM dari pusat Kota Ketapang atau ± 3 Jam perjalanan menggunakan transportasi dari darat (Mobil atau Sepeda Motor) dengan kondisi jalan relatif mulus.
- Kendawangan terbagi 2, yaitu Kendawangan Kiri dan Kendawangan Kanan.
- Masyarakat Kendawangan sebagian besar adalah Nelayan dan berpenghasilan kehidupan dari hasil laut dan terdapat Ratusan Kapal Nelayan yang merupakan milik pribadi masyarakat Nelayan Kecamatan Kendawangan.
- Terdapat Rumah Makan banyak menu dengan hidangan menu special makanan laut (Fresh dan Higienis) dan Hotel atau Penginapan dengan dengan fasilitas memadai ( Kamar Luas dan Full AC) dan harga relatif murah.
- Lokasi Kegiatan Dermaga Pelabuhan “Banjar Sari“ Cukup Luas dengan Lebar ± 200 M dan Panjang ± 300 M, terdapat Halaman Luas Untuk Parkir dan tersedia Fasilitas MCK yang cukup.
- Pelaksanaan kegiatan Bahari untuk di Kecamatan Kendawangan sangat baik di laksanakan pada bulan awal Maret s/d akhir Mei, sedangkan pada bulan Desember s/d akhir Februari yaitu pada musim barat sangat rawan untuk dilaksanakan.
TUJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN
Tujuan dilaksanakannya Festival Kapal Nelayan Hias Tradisional Kecamatan Kendawangan Kabupaten Ketapang:
1. Mempromosikan lokasi kegiatan sebagai tujuan wisata nasional
2. Menggali, Mengembangkan dan Melestarikan Potensi Wisata Bahari
3. Mengembangkan Rute Pelayaran Lingkar Nusantara
4. Mengukuhkan kembali kejayaan Bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari yang hidup di Negara Kepulauan
5. Daya Tarik Pembangunan Infrastruktur
6. Pengembangan Potensi Pariwisata, Ekonomi Kraetif dan Budaya.
7. Memperkenalkan manfaat dari pengembangan suatu pengelolaan kepariwisataan bagi perkembangan perekonomian masyarakat.
PESERTA
Peserta yang mengikuti Festival Kapal Nelayan Hias Tradisional adalah
Khususnya Masyarakat Kendawangan setempat dan Umumnya masyarakat
Kabupaten Ketapang yang mau turut berpatisipasi dalam event tersebut
dengan kapasitas jumlah peserta Terbatas.
RANGKAIAN ACARA KEGIATAN
Rangkaian acara kegiatan festial Kapal Nelayan Tradisional terdiri dari :
Karnaval Kapal Nelayan Hias Tradisional
Pentas Hiburan Rakyat, Tarian dan Nyanyian Kesenian Khas Daerah
FASILITAS YANG DISEDIAKAN PANITIA
Peserta akan memperoleh fasilitas berupa :
1. Hadiah Uang Pembinaan bagi pemenang
2. Trophy / Piala
3. Sertifikat / piagam penghargaan
Kamis, 30 Juli 2015
FESTIVAL JAPIN MELAYU IV SE KABUPATEN KETAPANG TAHUN 2015
Dalam rangka memperebutkan kembali Piala Bergilir Bupati Ketapang untuk Festival Japin Melayu Se Kabupaten Ketapang, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda Dan Olahraga (DISBUDPARPORA) Kabupaten Ketapang akan melaksanakan kembali Festival Japin Melayu IV Se Kabupaten Ketapang Tahun 2015 bersamaan dengan pelaksanaan PAMERAN KETAPANG EXPO 2015.
A. PENDAFTARAN.
1. Peserta diwajibkan mendaftar dan mengisi formulir pendaftaran ke Panitia Pelaksana.
2. Pada saat mendaftar melampirkan Sinopsis dan Judul Tari Japin.
3. Pendaftaran Tidak Dipungut Bayaran (GRATIS).
4. Pendaftaran di mulai sekarang sampai dengan tanggal 30 Juli 2015, setiap hari jam kerja.
5. Technical Metting dilaksanakan pada :
a. H a r i : K A M I S.
b. Tangggal : 30 Juli 2015.
c. P u k u l : 09.00 Wiba.
d. T e m p a t : Aula Dinas Budparpora Kab. Ketapang Jl. Jenderal Sudirman No. 61 Ketapang.
B. TEMPAT PENDAFTARAN.
Di DINAS BUDPARPORA KABUPATEN KETAPANG, Jalan Jenderal Sudirman No. 61 Telp. 0534 32072 Ketapang, dengan :
1. YUDA HARDIKA, HP. 0812 5057 3666.
2. UTI JEVI, HP. 0853 4963 0756 atau 0896 9343 6120.
C. PELAKSANAAN FESTIVAL.
Tanggal pelaksanaan penampilan peserta Festival Japin Melayu IV Se Kabupaten Ketapang Tahun 2015, akan disampaikan pada saat technical metting.
D. PERSYARATAN FESTIVAL, UNTUK :
JAPIN MELAYU TRADISIONAL :
1. Peserta adalah utusan Kecamatan, Kelompok dan Sanggar.
2. Peserta berjumlah maksimal 15 orang. Boleh Pria maupun Wanita atau Campuran, baik sebagai
Penari, Pemusik dan Vocalis.
3. Jumlah Penari Japin Tradisional minimal 4 (empat) orang dan maksmal 8 (delapan) orang..
4. Setiap Kecamatan boleh mengirimkan 1 atau 2 Kelompok / Group Japin Tradisional.
5. Materi Lagu Japin adalah Khas Daerah Kabupaten Ketapang.
6. Thema Lagu Japin bebas, namun bertendansi positif, seperti : percintaan, keindahan alam,
ritual, relegi atau peroses seni budaya.
7. Tari Japin mengacu pada Japin Langkah, Japin Tembung, Japin Tali (Anyam), dan lain-lainnya
yang dipadukan dengan gerak kreasi ( 75% gerak tradisional dan 25% gerak kreasi ).
8. Penyajian menggunakan iringan musik hidup (langsung) dengan alat musik, seperti : gambus,
biola, akordeon, gendang, ketipak, rebana, tawak, suling dan alat musik yang belum
terinventarisir seniman setempat atau alat yang bisa dimainkan untuk mengiringi tari (non
elektrik).
9. Durasi penampilan peserta maksimal 7 (tujuh) menit.
10. Penyerahan Sinopsis sebanyak 5 (lima) rangkap.
JAPIN MELAYU KREASI :
1. Peserta adalah Utusan Sekolah (Tingkat Pelajar) : SD / SMP / MADRASAH TSANAWIYAH / SMA / SMK / MADRASAH ALIYAH.
2. Jumlah Penari Japin Kreasi 6 (Enam) orang dan tidak boleh kurang atau lebih dari jumlah yang telah ditentukan Panitia Pelaksana. Boleh Paria, Wanita atau Campuran.
3. Setiap sekolah boleh mengirim 1 atau 2 Kelompok Japin Kreasi.
4. Materi Lagu Japin adalah Khas Daerah Kabupaten Ketapang.
5. Thema Lagu Japin bebas, namun bertendansi positif, seperti : percintaan, keindahan alam, ritual, relegi atau peroses seni budaya.
6. Gerakan Japin Kreasi mencerminkan Khas Daerah : Japin Langkah, Japin Tembung, Japin Tali (Anyam), dan lain-lainnya.
7. Penyajian boleh menggunakan CD / VCD atau Musik Hidup (langsung) dengan alat musik, seperti : gambus, biola, akordeon, gendang, ketipak, rebana, tawak, suling dan alat musik yang belum terinventarisir seniman setempat.
8. Durasi penampilan peserta maksimal 6 (menit) menit.
9. Penyerahan sinopsis sebanyak 5 (enam) rangkap.
KRITERIA PENILAIAN MELIPUTI :
a. Penataan Tari.
b. Penataan Musik
c. Keutuhan Garapan.
d. Penataan Busana dan Rias.
e. Penyajian / Penampilan.
E. PEMENANG JAPIN MELAYU TRADISIONAL DAN JAPIN KREASI :
- Juara I Meraih Piala Bergilir Bupati + Piala Tetap + Uang Tunai + Piagam.
- Juara II sampai dengan Harapan III akan Meraih :Piala Tetap + Uang Tunai +
Piagam.
Selasa, 14 April 2015
POTENSI WISATA BAHARI : PULAU SEMPADI
Wisata Bahari adalah jenis pariwisata alternatif yang berkaitan dengan kelautan, baik di atas permukaan laut maupun kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan laut.
Uti Muhammad Basir, SE Plt. Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ketapang menuturkan Pengembangan kawasan wisata bahari adalah satu bentuk pengelolaan kawasan wisata yang berupaya untuk memberikan manfaat terutama bagi upaya perlindungan dan pelestarian serta pemanfaatan potensi dan jasa lingkungan sumber daya kelautan.
Di lain pihak masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara langsung pada usaha pariwisata melalui terbukanya kesempatan kerja dan usaha yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah.
Beliau juga menambahkan, mengembangkan dan meningkatkan upaya memanfaatkan lingkungan alam pada umumnya dan lingkungan bahari pada khususnya sebagai sumber daya sosial dan ekonomi yang pengelolaannya tetap harus berwawasan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, disamping itu kita juga harus bisa memberikan gambaran mengenai pengelolaan wisata bahari secara tepat dan profesional, sehingga akan mampu mengembangkan adanya tuntutan konservasi dan menjaga kelestarian alam dengan mengikutsertakan peran serta masyarakat setempat guna membantu kesejahteraan masyarakat.
Hervanuddin Ketua Webe Advanture Ketapang mengatakan Kita mempunyai banyak potensi wisata bahari kepulauan salah satu diantaranya adalah Pulau Sempadi di Desa Kuala Tolak, kecamatan Matan Hilir Utara yang merupakan salah satu potensi wisata bahari eksotis yang ada dikabupaten Ketapang, dengan Luas kawasan ini sekitar 100 Ha. Jarak lokasi ini dari pusat kota Ketapang lebih kurang 50 km. untuk mengakses objek wisata Pulau Sempadi ini kita harus menempuh perjalanan darat dan laut. Untuk perjalanan darat dari kota ketapang kita menuju ke desa kuala tolak selama lebih kurang 1 jam menuju dermaganya, kemudian dilanjutkan lebih kurang 45 menit dengan kapal klotok atau motor air menuju gugusan Pulau Sempadi.
Ketua Kelompok Komunitas Diving Club Ketapang ini juga menambahkan Banyak kegiatan yang bisa kita lakukan jika kita berkunjung ke pulau sempadi ini, misalnya saja seperti : melihat Sunset, bird watching, tracking, berenang, penelitian alam, out bond, snorkel, memancing, camping dan diving, Pulau ini benar benar alami, tuturnya.
Selasa, 24 Maret 2015
Gunting Rambut dan Tinjak Tanah: Ritual Adat Melayu Ketapang Kal-Bar
Gunting Rambut
Upacara gunting rambut adalah merupakan suatu Rangkaian acara yang terdiri dari Gunting Rambut, Tinjak Tanah, Betimbang (bagi turunan bangsawan), Mandi-mandi, dan Makan Nasi Adab. Upacara Gunting rambut ini dilakukan apabila anak bayi telah berumur 40 hari dan paling lama usia 1 (Satu) tahun.
Anak bayi yang akan digunting rambutnya dipersiapkan sebagai berikut:
1. Pemasangan kendit
2. Pemasangan gelang benang (kain kuning)
3. Rambutnya diikat-ikat, setiap ikatan diikatkan manik-manik atau hiasan dan kadang uang logam atau cincin emas.
4. Sebuah talam yang berisi gunting, cincin emas, kelapa cengkir yang sudah dihiasi dan masih berisi airnya sebatang lilin yang menyala, bunga rampai, mata beliung, serta tepung tawar yang sekarang disebut kase beras.
5. Sebuah talam lagi berisi bunga cucok telur.
Upacara Gunting Rambut didahului dengan pembacaan kita Al-Berzanzi. Apabila pembacaan Al-Berzanzi sampai ke pembacaan Qasidah Berzanzi yang biasa disebut Asraqal, di mana semua para tamu berdiri, maka sang bayi dikeluarkan. Bayi keluar pada saat lagu Qasidah sampai pada Ya Habibi.
Sebelumnya didahului dengan menaburkan bunga rampai yang berisi permen atau uang logam yang diperebutkan oleh anak-anak. Penaburan bunga rampai tersebut dimaksudkan sebagai pemberitahuan dimulainya gunting rambut.
Bayi disodorkan kepada orang yang dihormati baik tentang usia, agama dan adat istiadatnya. Orang tersebut mengambil gunting dan dengan membaca doa singkat untuk kebaikan sang bayi, maka ikatan rambut digunting. Setelah menggunting, maka yang bersangkutan diserahkan sebuah bunga cucok telor.
Selanjutnya pengguntingan rambut bayi diserahkan ke beberapa orang berikutnya sesuai dengan jumlah bunga cucok telor yang tersedia dengan hitungan ganjil, yaitu minimal 3 maksimal 7.
Tinjak Tanah
Dalam budaya Jawa disebut dengan Tedak siten yaitu budaya warisan leluhur masyarakat Jawa untuk bayi yang berusia sekitar tujuh atau delapan bulan. Tedak siten dikenal juga sebagai upacara turun tanah. ‘Tedak’ berarti turun dan ‘siten’ berasal dari kata ‘siti’ yang berarti tanah. Upacara tedak siten ini dilakukan sebagai rangkaian acara yang bertujuan agar si kecil tumbuh menjadi anak yang mandiri.
Bahan yang dipersiapkan adalah sebagai berikut:
1. Balai Jawe. Sebuah bangunan berupa rumah mini tanpa dinding (balai).
2. Tebu kuning secukupnya untuk dibuat tangga dan bangunan seperti atap.
3. Juadah sebanyak 6 jenis yaitu: dodol merah, dodol putih, cucor, ariadam, cengkarok, dan sesagun yang masing-masing ditaruh dalam sebuah piring.
4. Sepiring lagi berisi tanah dan sebiji telur ayam kampung.
Tebu yang telah dibuat tangga tersebut ditutup dengan kain batik 7 lapis atau sekurang-kurangnya 3 lapis.
Kue-kue yang di dalam 6 buah piring dan piring ketujuh yang berisi tanah dan telur disusun di depan “tangga” dengan urutan, dodol, dodol putih, cocor, ariadam, cengkarok, sesagun, tanah, telur ayam, dan paku keminting.
Begitu gunting rambut selesai, maka anak bayi tersebut mula-mula melewati bangunan yang dinamakan Balai Jawe (khusus untuk anak kaum bangsawan) yang disambut oleh seorang pemuda dan langsung diinjakkan ke tangga dari tebu. Sampai di puncak, lalu menurun dan diinjakkan ke piring-piring yang berisi kue-kue tersebut. Setiap putaran maka kain penutup tangga tebu dibuka. Setelah genap tujuh kali, maka telur dipecahkan dan diinjakkan ke kaki sang bayi.
Biasanya tangga tebu tersebut dilemparkan ke halaman rumah lalu jadi rebutan anak-anak dan juga orang tua yang punya anak kecil serta kakek-kakek yang punya cucu. Namun biasanya sebelum sempat dilempar ke halaman langsung diperebutkan. Perebutan tangga tebu ini menandakan bahwa cara Tinjak Tanah telah selesai.
Makna dari kegiatan Tinjak Tanah ini adalah:
1. Sang bayi turun dari rumah yang dilambangkan dengan Balai Jawe.
2. Dalam mengarungi kehidupan ada naik dan turunnya dengan perlambangan tangga tebu.
3. Dalam mengarungi kehidupan mengalami pahit manisnya kehidupan dengan perlambang juadah-juadah dalam enam buah piring.
4. Lambang paku, keminting merupakan doa bagi sang bayi agar tegar dalam mengarungi kehidupan kelak.
5. Akhirnya disadarkan kepada sang anak bahwa kita ini berasal dari tanah dan kembali ke tanah dengan perlambang memecahkan telur ayam di atas tanah pada piring terakhir.
6. Adapun rebutan tangga tebu adalah suatu perlambang bagi sang bayi, bahwa rezeki dari Allah tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus diusahakan dengan tangan, akal, dan pikiran.
Betimbang
Selanjutnya bagi anak turunan bangsawan Betimbang dengan dacing kayu yang dalam daun timbangan berisi, beras, gula merah, kelapa setampang, pisang sesisir, rempah-rempah, dan buah kundor.
Satu-satu si bayi diletakkan di daun timbangan yang berisi kain 7 lapis, sedang daun timbangan yang sebelahnya diisi dengan barang-barang tersebut di atas.
Makna dari upacara betimbang ini adalah suatu do’a ke hadirat Allah SWT agar kelak sang bayi menjadi orang yang bermanfaat bagi orang tua dan masyarakat dengan kata lain memiliki bobot.
Mandi-mandi
Setelah upacara penimbangan, maka sang bayi dimandikan secara umum sama seperti mandi 3 malam pada upacara perkawinan. Namun secara khusus terutama di desa-desa yang terletak di pinggir sungai mandi tersebut langsung dibawa ke sungai oleh seorang dukun dengan iringan gendang tar. Untuk upacara mandi ini tidak terbatas hanya kepada anak turunan bangsawan, namun rakyat biasapun melaksanakannya.
Makan Nasi Adap
Jika telah selesai acara mandi-mandi, maka sang bayi dibawa masuk dan diganti pakaian. Setelah itu didudukkan seperti pengantin kawin/sunat menghadapi nasi kuning. Kemudian secara simbolis nasi dengan kelengkapannya disuapkan kepada sang bayi. Kemudian dibacakan do’a selamat tolak bala.
Langganan:
Postingan (Atom)